Meneladani artinya mengambil atau mencontoh perbuatan, kelakuan, dan sifat yang baik yang terdapat pada diri
seseorang. Gaya kepemimpinan artinya cara memimpin. Meneladani gaya
kepemimpinan Khulafaur Rasyidin artinya mangambil atau mencontoh cara-cara
memimpin yang baik yang pernah dilakukan Khulafaur Rasyidin dalam memimpin
rakyatnya.
Yang termasuk Khulafaur Rasyidin ialah Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq,
Khalifah Umar Ibnul Khattab, Khalifah Utsman bin Affan dan Khalifah Ali bin
Abi Thalib.
1. Khalifah Abu Bakar
Ash-Shiddiq
Gaya kepemimpinannya, antara lain :
- Musyawarah
Apabila terjadi suatu perkara khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq
mencari hukumnya dalam kitab Allah, bila tidak memperolehnya, ia mempelajari bagaimana
Rosulullah SAW bertindak dalam perkara seperti ini. Dan bila ia tidak
menemukannya, ia mengajak tokoh-tokoh yang terbaik untuk bermusyawarah.
- Sikap Tegas
Bersikap tegas dalam menghadapi orang-orang yang
murtad, orang-orang yang mengaku sebagai nabi dan orang-orang yang tidak
membayar zakat.
- Terbuka untuk kritik
Hal ini dapat terlihat sebagaimana dalam khutbah
pertama setelah beliau dibaiat menjadi khalifah “Apabila aku berbuat baik,
bantulah aku; tapi apabila aku berbuat buruk, maka luruskanlah jalanku”
2. Khalifah
Umar Ibnul Khattab
Gaya kepemimpinannya,
antara lain :
1.
Umar
pemimpin yang dikenal sangat dekat dan memerhatikan dengan seksama kondisi
kehidupan umat.
Menjadi
kebiasaannya keluar di malam hari hanya untuk mengetahui persis keadaan umat. Khalifah Umar sering berkeliling tanpa
diketahui orang untuk mengetahui kehidupan rakyat terutama mereka yang hidup
sengsara. Dengan pundaknya sendiri ia memikul gandum yang hendak diberikan
sebagai bantuan kepada seorang janda yang sedang ditangisi oleh anak-anaknya
yang kelaparan. Ketika mengetahui keadaan si ibu dan anak yang sudah kelaparan,
khalifah Umar merasa bahwa kelaparan yang dialami oleh keluarga miskin tersebut
adalah disebabkan karena kelalaiannya dan ketidakmampuannya memberikan keadilan
terhadap semua lapisan masyarakat, oleh karena itu, langkah pertama yang beliau
lakukan adalah menyelesaikan masalah yang dialami oleh sang ibu dengan
memberikan makanan kepadanya.
Kualitas kepemimpinan Umar bin
Khatthab adalah cermin dari kualitas pemimpin umat yang bijak, arif, dan adil.
Beliau ikut merasakan penderitaan rakyatnya.
2. Khalifah Umar ibnu Khattab memiliki
jiwa yang besar dalam menerima kritikan dari rakyat yang dipimpinnya.
Keikhlasan menerima kritikan adalah
sebuah sikap yang sangat sulit untuk diwujudkan terlepas dari posisi sosialnya.
Pernah pada suatu peristiwa Salman al-Farisi membuat perhitungan
dengan khalifah Umar ibnu khattab dihadapan orang banyak. Yaitu ketika ia
melihat Umar mengenakan baju yang bahannya terdiri atas dua kali lipat yang
menjadi bagian satu orang rakyat biasa dari bahan yang sama. Maka, Umar meminta
kepada putranya, Abdullah agar menjelaskan hal itu. Abdullah langsung bersaksi
bahwa ia telah memberikan bagiannya itu kepada ayahandanya.
3. Khalifah Utsman bin Affan
Khalifah Utsman bin Affan terkenal
dermawan. Sifat-sifat
kedermawanan yang dimiliki Utsman sebelum menjadi khalifah masih terbawa ketika dia menjadi khalifah.
4. Khalifah Ali bin Abi Thalib
Khalifah Ali bin Abi Thalib terkenal berani dan
tegas dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinannya menegakkan keadilan, menjalankan
undang-undang Allah SWT, dan menindak segala macam kezaliman dan kejahatan. Sehingga sesudah ia dibai’ah menjadi khalifah,
dikeluarkannya dua ketetapan:
- Memecat kepala-kepala daerah yang diangkat
khalifah Utsman
dan mengangkat pengganti
pilihannya sendiri
- Mengambil kembali tanah-tanah yang
dibagi-bagikan khalifah Utsman
kepada famili-famili dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah. Demikian
juga hibah atau pemberian Utsman kepada siapapun yang tiada beralasan
diambil Ali kembali.
Ali bin Abi Thalib juga seorang yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan
strategi perang.
DAFTAR PUSTAKA
Al
Maududi, Abul A’la, Khilafah dan Kerajaan, Bandung, Mizan, 1993.
Syalabi, A, Sejarah dan Kebudayaan Islam 1.
Jakarta, PT Pustaka Al-Husna Baru, 2003.
Ismail, Faisal, Sejarah dan Kebudayaan Islam.
CV Bina Usaha, Yogyakarta,
1983.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar