Senin, 27 April 2020

HARGA PROFESI GURU

oleh: Farid Wajdi Amrullah
            Profesi guru yang di dalam forum-forum resmi dan di naskah-naskah formal akademik begitu mulia, bahkan ada yang memberi gelar sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa”. Para pakar pendidikan pun pada umumnya memasukkan guru sebagai pekerja profesional, yaitu pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh pekerjaan lain. Walaupun pada kenyataannya tidak jarang pula sosok seorang guru hadir sebagai pekerjaan alternatif di tengah-tengah lapangan dan kesempatan kerja yang makin langka. Namun demikian, di masyarakat luas nampaknya masih menjadi semacam profesi kelas dua, di bawah profesi-profesi lain, seperti dokter, notaris, pegawai perusahaan (PT), konsultan hukum dan sebagainya.
            Kondisi ini sangat disayangkan, sebab guru merupakan subjek yang sangat besar sumbangannya dalam membangun manusia masa depan. Di tangah-tangah makin maraknya nuansa orang kebanyakan menempatkan uang dan harta kekayaan sebagai indikator puncak prestasi pribadi dan keluarga, nampaknya profesi guru makin ditempatkan kedalam kelompok profesi yang kurang membanggakan. Meskipun profesi guru tidak diukur dari prestesi ekonami mereka, melainkan dari prestasi intelektual bangsa.
            Tuntutan masyarakat yang begitu besar terhadap fungsi guru dalam mendidik anak-anak mereka, peranan guru sebagai pendidik akhir-akhir ini dipertanyakan eksistensinya secara fungsional. Hal ini antara lain disebabkan oleh munculnya serangkaian fenomena para lulusan pendidikan yang secara moral cenderung merosot dan secara intelektual akademik juga kurang siap untuk memasuki dunia kerja. Jika fenomena tersebut benar adanya, maka baik langsung maupun tidak langsung akan terkait dengan peranan guru sebagai pendidik. Hal tersebut yang membuat kesan masyarakat terhadap kredibilitas guru belum membaik. Bahkan mungkin saja masyarakat menuntut peran guru dalam mendidik anak-anak mereka di luar batas kemampuan yang dapat mereka buat.
            Terutama dalam masyarakat pedesaan, penghormatan terhadap figur guru tidak diragukan lagi. Guru adalah manusia biasa yang memiliki banyak keterbatasan seperti halnya keterbatasan manusia kebanyakan –kebutuhannya tidak hanya self esteem masih ada kebutuhan lain (lebih mendasar dari self esteem) yang harus dipenuhi– begitu juga kebutuhan kehidupan keluarga guru pun makin meningkat seperti kebutuhan keluarga lain pada umumnya seperti kebutuhan kesehatan, gizi, tempat tinggal dan sebagainya. Akan tetapi mereka yang sudah menyandang predikat guru pun konon masih belum memiliki kebanggaan dengan profesi yang dijalaninya, ada yang mengatakan “pekerjaan saya kan hanya guru” ungkapan klise semacan ini nampaknya kian bergeser sejalan dengan makin membaiknya kesejahteraan guru, meskipun masih belum setara dengan profesi-profesi yang disebutkan di atas tadi. Membaiknya kesejahteraan guru memungkinkan mereka membeli dan membaca sumber informasi untuk mengurangi kekonservatifannya. Sehingga apresiasi guru terhadap profesinya dan peningkatan citra masyarakat terhadap guru dan profesi yang disandangnya tidak terlepas dari fungsi perbaikan taraf hidup mereka.
ssl, 28 Januari 2011 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GAYA KEPEMIMPINAN KHULAFAUR RASYIDIN